ANALISIS VALUE CHAIN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Studi Kasus PT Semen Bosowa Maros)

ANALISIS VALUE CHAIN BERDASARKAN PRINSIP
 SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE
(Studi Kasus PT Semen Bosowa Maros)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Globalisasi yang melanda setiap negara diseluruh dunia menyebabkan perubahan iklim bisnis dan persaingan yang menjadi semakin ketat. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki tingkat persaingan dunia. Namun disamping itu persaingan global ini telah meningkatkan standar kinerja dalam berbagai dimensi, meliputi kualitas, biaya, saat pengenalan produk serta operasional yang lancar. Tantangan yang ditimbulkan dari standar yang semakin meningkat secara tidak langsung memaksa perusahaan ikut bersaing secara strategis dalam pasar domestik mereka dengan meningkatkan kemampuan yang lebih baik dibanding dengan pesaing lain.
Perkembangan ekonomi dunia serta perubahan struktural yang terjadi di berbagai segi, telah menimbulkan tantangan dan sekaligus peluang bagi perkembangan dunia bisnis. Salah satu hal yang merupakan prasyarat untuk dapat mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang bisnis yang timbul adalah meningkatkan daya saing. Daya saing strategi dapat dicapai jika suatu perusahaan berhasil merumuskan serta menerapkan suatu strategi yang tepat. Daya saing yang tinggi mutlak diperlukan bagi setiap perusahaan  agar tetap unggul, dalam menghadapi tingkat persaingan perdagangan internasional dan nasional di tuntut untuk mampu dan siap memiliki daya saing yang tinggi. Dimana menurut (Nurimansyah, 2011) daya saing yang tinggi dalam meraih kinerja perdagangan internasional dan nasional  yang optimal salah satunya dipengaruhi oleh Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) yang efektif.
Pada tingkat perusahaan, keunggulan kompetitif dicapai dengan dua cara: pertama sumber daya internal yang berbagi (seiring kegiatan atau keterampilan antar unit) yang dapat menghasilkan kegiatan kordinasi dan sinergi, kedua berbagai sumber daya eksternal (kombinasi dari kegiatan atau keterampilan pihak luar) yang dapat menghasilkan rantai nilai baru dan bentuk organisasi (aliansi atau jaringan). Hubungan timbal balik yang dihasilkan dari hubungan strategi perusahaan digambarkan sebagai antar unit keterkaitan dan hubungan jaringan, kemudian digambarkan pula sebagai hubungan timbal balik dapat menghasilkan sinergi dan keunggulan kompetitif untuk perusahaan diverifikasi dalam bersaing sejumlah industri yang berbeda atau perusahaan multinasional (papazoglou, 2000).
Dalam hal ini perusahaan harus bisa membuat pilihan yang terbaik tentang apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan bagaimana memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan harga yang serendah mungkin. Sehingga dalam hal ini perusahaan memerlukan suatu strategi dalam menentukan keunggulan kompetitif dan menemukan cara untuk mencapai keunggulan tersebut (Ellitan, 2008). Strategi merupakan tindakan atau pola yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang tidak hanya meliputi strategi yang direncanakan tetapi juga mencakup konsistensi perusahaan dalam mengambil keputusan (Mintzberg, 1978). Implementasi strategi perusahaan memfokuskan pada pengembangan kompetensi perusahaan yaitu pengetahuan dan ketrampilan yang secara khusus tercermin dalam keahlian teknologi dan produksi (Oktavima, 2013).
Tingkat persaingan tersebut semakin tajam sejalan dengan semakin derasnya arus informasi, serta pesatnya perkembangan teknologi. Untuk dapat bertahan dalam arena persaingan, suatu perusahaan memerlukan strategi bersaing yang tepat. Suatu perusahaan akan dapat memenangkan persaingan apabila perusahaan tersebut memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage), sehingga perusahaan tersebut dipandang lebih daripada pesaingnya oleh masyarakat (Mildawati, 2006). Kondisi inilah yang mendorong setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan keunggulan bersaing antara lain dengan menghasilkan produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginan customer yang semakin menyadari pentingnya kualitas produk yang dibelinya.
Kemudian dijelaskan dalam analisis produksi yang menurut Al-Quran, Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan pedanan kata “produksi” dalam bahasa arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajinmin’anashir al-intaj dhaminaitharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas memiliki beberapa definisi yang di tawarkan beberapa pemikir ekonomi lainnya.
Hal senada juga yang diutarakan oleh Dr. Abdurahman Yusro dalam bukunya Muqaddiman fi’ilm al-iqtishad al-islamiy. Abdurahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utility dan masih dalam bingkai “Halal” serta tidak membahayakan bagi diri seseorang atau sekelompok masyarakat. Allah berfirman dalam Q.S. An Nahl/16:69.   
§4 ßlãøƒs .`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#uŽŸ° ì#Î=tFøƒC ¼çmçRºuqø9r& ÏmŠÏù Öä!$xÿÏ© Ĩ$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ZptƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbr㍩3xÿtGtƒ ÇÏÒÈ
Terjamahannya:
Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (Q.S. An-Nahl/16:69).”

Kata kunci dari ayat ini adalah di anjurkan untuk memproduksi dengan baik agar bermanfaan bagi sekelompok masyarakat, dan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa produksi adalah mengadakan atau mewujudkan sesuatu barang atau jasa bertujuan untuk kemaslahatan manusia dan dapat bernilai positif bagi perusahaan begitupula dengan konsumen. Jadi berbagai tindakan ataupun keputusan bisa disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun niat seseorang sepenuhnya secara sempurna, niat yang baik diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah, niat yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
Dilihat pula salah satu alat analisis yang dapat dipergunakan untuk memberikan informasi guna membuat keputusan strategis dalam menghadapi persaingan bisnis adalah Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) (Friska, 2010). Value Chain Analysis bertujuan untuk mengidentifikasi keunggulan biaya rendah atau kelemahan terjadi di sepanjang rantai nilai dari bahan mentah hingga aktivitas pelayanan pelanggan. VCA membantu manajer untuk memahami posisi perusahaan dengan pendekatan  rantai nilai. Menurut (Pearce dan Robinson, 2008) istilah Value Chain (Rantai Nilai) menggambarkan cara untuk memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk dan aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan. VCA berupaya memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari pesatnya perkembangan rantai nilai perusahaan di tinjau dari prinsip yang digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, menurut (Antonio, 2001) suatu perusahaan yang berprinsip syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya tidak hanya untuk tujuan bisnis semata, yang berupa keuntungan materil, tetapi juga mengejar kebahagiaan dunia. Dimana tujuan yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik pula sesuai dengan prinsip syariah, prinsip syariah adalah sebuah bangunan yang akan ditopang oleh tiang-tiang penyangga yang kokoh, sehingga perinsip inilah yang akan menjadi baik dalam kegiatan dan aktivifitas perusahaan, kualitas perusahaan yang baik akan diwarnai oleh nilai-nilai. Nilai disini adalah nilai yang di gali dari Al-Quran dan As-Sunnah. Nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain. Nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan  yang utuh, yang akan selalu mendasari setiap kegiatan ekonomi. Ekonomi akan kepada falah  ketika mampu membawa hukum-hukum buatan manusia ini kembali kepada hukum universal, yaitu hukum Allah (Danang, 2014).
Bisnis yang dijalankan dengan governance yang baik akan lebih memungkinkan untuk tetap sustainable atau berlangsung secara baik. Keberlangsungan bisnis sangat penting untuk dijaga karena dapat menjanjikan keberlangsungan bisnis dalam memberikan kemanfaatan bagi semua pihak yang berkepentingan stermasuk lingkungan sekitar. Oleh karena itu syariah menjunjung tinggi bisnis yang baik karena memberikan kemanfaatan luas bagi banyak pihak, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain”(HR. Bukhari).

 Bisnis yang dipandu oleh spiritualitas dan etika akan menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkesinambungan dengan terwujudnya disiplin pasar (market discipline) yang lahir dari budaya governance bisnis yang baik. Dalam rangka mewujudkan budaya governance didunia bisnis, Rasulullah SAW sangat memperhatikan kedisipilinan dalam pelaksanaan kegiatan usaha, baik melalui arahan maupun inspeksi pasar dengan harapan terwujudnya aktivitas bisnis yang berdasarkan akhlaqul karimah sehingga dapat tetap memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan serta terhindar dari kemudharatan.
Pemahaman terhadap prinsip-prinsip corporate governance telah dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pihak-pihak yang berkepentingan.  Adapun prinsip-prinsip good corporate governance yang diterbitkan oleh organisasi internasional OECD mencakup enam (6) hal. Pertama, landasan hukum yang diperlukan untuk menjamin penerapan good corporate governance secara efektif. Kedua, hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan. Ketiga perlakuan adil terhadap para pemegang saham. Keempat, peranan stakeholder dalam corporate governance. Kelima, pengungkapan informasi perusahaan secara transparan. Dan keenam adalah tanggung jawab Dewan Pengurus (Ristifani, 2009).
Dengan demikian, dapat dikatakan implementasi Good Corporate Governance (GCG) di lembaga perusahaan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Bahkan perusahaan-perusahaan harus tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan GCG tersebut. Dalam kerangka itulah, KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) membentuk Tim Kerja Penyusunan Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) dengan keanggotaan yang terdiri dari berbagai pakar terkait bersama-sama dengan sejumlah institusi (Masyarakat Ekonomi Syariah, Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional MUI dan sebagainya) menyusun konsep Pedoman tersebut.
Tanpa adanya penerapan corporate governance yang efektif, maka perusahaan akan sulit untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan perusahaan akan corporate governance menjadi lebih serius lagi seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan perusahaan dalam menghadapi tantangan dalam jangka panjang. Dengan demikian, adalah suatu keharusan bagi perusahaan untuk memakai semua ukuran yang dapat membantu meningkatkan perannya (Chapra, 2008).
Dengan demikian pula dengan PT Semen Bosowa Maros yang mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan atas dasar fungsi-fungsi perusahaan yang terdiri dari fungsi produksi, fungsi umum dan administrasi, dan fungsi penjualan/pemasaran. Fungsi-fungsi ini menimbulkan aktivitas-aktivitas nilai yang menimbulkan biaya-biaya yang tidak teridentifikasi dengan jelas. Hal ini akan mengakibatkan harga pokok penjualan menjadi naik. Sedangkan untuk dapat unggul dalam ketatnya persaingan maka harga pokok penjualan yang didapat harus lebih rendah dari kompetitor. Oleh karena itu sistem pengalokasian biaya harus dilakukan secara tepat.
Dalam hal ini yang sangat berpengaruh terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan adalah aktivitas- aktivitas dalam value chain. Setiap aktivitas dalam value chain memiliki cost driver yang dapat memicu timbulnya biaya, dimana semua biaya harus diketahui mana yang memuat value added dan mana yang tidak, sehingga biaya yang tidak memuat value added tersebut dapat diketahui dan dapat ditekan semaksimal mungkin. Oleh karena itu langkah yang diambil adalah dengan menguraikan seluruh aktivitas-aktivitas perusahaan dan mengidentifikasikan keterkaitan hubungan antar aktivitas tersebut agar dapat dilaksanakan dan dikoordinasikan secara lebih baik pada seluruh aktivitasnya.
Teori kendala mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya. Jika hendak memperbaiki kinerjanya, suatu perusahaan harus mengidentifikasi kendala-kendalanya, mengeksploitasi kendalanya dalam jangka pendek dan jangka panjang, kemudian menemukan cara untuk mengatasinya dengan melakukan identifikasi kendala-kendala tersebut dalam suatu aktivitas produksi, maka perusahaan telah melakukan salah satu langkah stratejik manajemen biaya kontemporer melalui suatu pendekatan teori kendala atau theory of constraint (TOC).
Jadi ketika faktor penghambat telah diidentifikasi, maka perlu untuk menguji apakah faktor yang menghambat atau kendala dalam produksi dapat dikelola, sehingga biaya produksi dapat ditekan yang nantinya dapat memaksimalkan tata kelolah perusahaan yang baik. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah: “Bagaimana Analisis Value Chain Bedasarkan Prinsip Syariah Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di PT Semen Bosowa Maros”
B.       Fokus Penelitian dan Deskripsis Fokus
Adapun fokus penelitian ini adalah agar ruang lingkup peneliti tidak luas dan lebih fokus untuk menghindari kesalahan sehingga tidak menyimpang dari pokok permasalahan serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti memfokuskan penelitian hanya pada aktivitas-aktifitas yang ada PT Semen Bosowa Maros. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan dengan secara mendalam yang dianggap memiliki kapasitas dalam memberikan informasi tentang bagaimana penerapan analisis value chain berdasarkan syariah sehingga dapat mencapai good corporate governance.
C.      Rumusan Masalah
PT Semen Bosowa Maros adalah sebuah badan usaha yang bergerak di bidang industri yang terletak di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Produk yang dihasilkan berupa semen dengan dua pengemasan yang berbeda yang dipasarkan melalui beberapa penyalur atau distributor. Untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan, perusahaan ini menggunakan informasi akuntansi manajemen yang pengeluaran biayanya berdasarkan biaya manufaktur. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri semen, PT Semen Bosowa Maros ini tidak hanya mengalami persaingan dalam hal harga jual produk, tetapi juga pada hal kualitas.
Prinsip syariah merupakan salah satu konsep penting yang harus dipegang teguh oleh perusahaan, Sehingga diharapkan perusahaan mempertimbangkan aktivitas-aktifitas dalam melaksanakan produksinya dan dapat menghasilkan produk yang berkualitas, prinsip syariah dianggap sebagai karateristik paling kritis dan salah satu komponen dalam perusahaan yang harus dijaga karena dalam melaksanakan kegiatan dan produksi harus sesusai dengan aturan Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW, sehingga analisis value chain yang di terapkan dalam perusahaan harus mengandung nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana penerapan konsep analisis value chain (AVC) jika menggunakan pendekan prinsip syariah?
2.         Bagaimana langkah yang dilakukan analisis value chain (AVC) perusahaan dalam mencapai Good Corporate Governance (GCG)?  
D.      Kajian Pustaka
Dasar atau acuan yang berupa temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah:
Nama
Judul
Hasil
Kurrota Akyun 2012
Analisis value chain sebagai alat strategic cost management untuk menciptakan keunggulan bersaing dalam upaya meningkatkan profabilitas perusahaan (Studi pada Unit Usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ASA Perum Jasa Tirta 1 Malang)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas nilai kritis yang berpengaruh pada profitabilitas perusahaan adalah aktivitas nilai operation yaitu sebesar 78.369% dari volume penjualan, dan untuk keseluruhan biaya aktivitas primer adalah 91,482%, sedangkan untuk aktivitas pendukung sebesar 9,015%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajer unit usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ASA Perum Jasa Tirta 1 Malang dalam mengoptimalkan pengelolaan biaya dan sumberdaya perusahaan.
Shirley Jotopurnomo 1994
Penerapan Analisis Value Chain untuk mendukung Strategi Cost Reduction dalam menciptakan keunggulan bersaing pada PT. X di Tandes
Hasil penelitian ini adanya keterkaitan antara primary activity dan support activity, dimana dalam keterkaitan ini menimbulkan trade off yang dapat menciptakan peluang untuk mendukung strategi cost reduction yang bertujuan untuk menciptakan keunggulan bersaing.
Liana Mangifera 2015
Analisis rantai nilai (value chain) pada produk batik batik tulis di surakarta
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan informasi dari Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dijelaskan bahwa jumlah pengrajin batik tulis yang masih aktif hingga tahun 2015 ini sebanyak 26 pengrajin, terdiri dari 5 pengrajin batik berskala besar, 14 pengrajin berskala menengah l dan 7 pengrajin batik tulis berskala kecil. Dari 26 pengrajin batik tulis yang saat ini masih aktif memproduksi batik
tulis secara terus menerus adalah 6 orang pengrajin, sisanya memproduksi hanya ketika menerima pesanan atau mengambil dari pengrajin lain.




Penelitian mengenai analisis value chain telah beberapa kali dilakukan, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian kali ini obyek penelitian berfokus pada perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan analisa value chain yang berdasarkan prinsip syariah yang mengenai aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan oleh PT Semen Bosowa Maros dalam memproduksi suatu produk, dan setelah itu biaya-biaya yang terjadi untuk melakukan aktivitas tersebut dialokasikan kedalam aktivitas-aktivitas nilai yang ada pada value chain. Sedangkan persamaannya adalah menekankan pada value chain analysis berdasarkan prinsip syariah untuk mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
E.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan konsep analisis  value chain yang berdasarkan prinsip syariah dalam mewujudkan tata kelolah perusahaan yang baik (good corporate governance):
1.         Untuk mengetahui penerapan konsep analisis value chain (AVC) jika menggunakan pendekan prinsip syariah.
2.         Untuk mengetahui langkah yang dilakukan analisis value chain (AVC) perusahaan dalam mencapai Good Corporate Governance (GCG).
F.       Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat maupun konstribusi sebagai berikut:
1.         Manfaat Teoretis
Teori-teori yang diterapkan dalam penelitian diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi, para praktisi ekonomi dan khususnya para pengusaha mengenai manfaat analisis value chain berdasarkan prinsip syariah sebagai tata kelolah perusahaan yang baik (GCG). Penelitian ini juga diharapkan dapat memeberikan sumbansi pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi pada umumnya dan khususnya yang berkaitan dengan penerapan teori.
Tindakan perbaikan yang dapat diambil yaitu dengan menerapkan program perbaikan, salah satu program perbaikan yaitu penerapan teori kendala (theory of constraint). Apabila program ini dijalankan dengan tepat, akan dapat meningkatkan kualitas, mengurangi biaya, meningkatkan output, mengurangi penundaan pelayanan kepada pelanggan, dan pada akhirnya menjadi tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
2.         Manfaat Praktis
Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas:
a)         Memberikan masukan bagi perusahaan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas mana yang memuat value added dan aktivitas-aktivitas mana yang tidak memuat value added yang berkaitan dengan pengeluaran biaya dapat dilakukan good corporate governance.
b)        Sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca mengenai bagaimana cara-cara melakukan analisis value chain yang berprinsip syariah dan bagaimana value chain dapat mempengaruhi good corporate governance.

c)         Sebagai tambahan wawasan bagi penulis dalam praktek nyata yang terjadi pada perusahaan guna perbandingan teori yang dipelajari sebelumnya dalam perkuliahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“SISTEM INFORMASI MANAJEMEN” MENGELOLA PENGETAHUAN

“SISTEM INFORMASI MANAJEMEN” MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEDEKATAN DENGAN PELANGGAN: APLIKASI PERUSAHAAN

RESUME SIM MENGELOLA SISTEM GLOBAL