ANALISIS VALUE CHAIN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (Studi Kasus PT Semen Bosowa Maros)
ANALISIS
VALUE CHAIN BERDASARKAN PRINSIP
SYARIAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD
CORPORATE
GOVERNANCE
(Studi Kasus
PT Semen Bosowa Maros)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Globalisasi
yang melanda setiap negara diseluruh dunia menyebabkan perubahan iklim bisnis
dan persaingan yang menjadi semakin ketat. Persaingan yang bersifat global dan
tajam menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh
perusahaan-perusahaan yang memasuki tingkat persaingan dunia. Namun disamping
itu persaingan global ini telah meningkatkan standar kinerja dalam berbagai
dimensi, meliputi kualitas, biaya, saat pengenalan produk serta operasional
yang lancar. Tantangan yang ditimbulkan dari standar yang semakin meningkat
secara tidak langsung memaksa perusahaan ikut bersaing secara strategis dalam
pasar domestik mereka dengan meningkatkan kemampuan yang lebih baik dibanding
dengan pesaing lain.
Perkembangan ekonomi
dunia serta perubahan struktural yang terjadi di berbagai segi, telah
menimbulkan tantangan dan sekaligus peluang bagi perkembangan dunia bisnis. Salah
satu hal yang merupakan prasyarat untuk dapat mengatasi tantangan yang ada dan
memanfaatkan peluang bisnis yang timbul adalah meningkatkan daya saing. Daya
saing strategi dapat dicapai jika suatu perusahaan berhasil merumuskan serta
menerapkan suatu strategi yang tepat. Daya saing yang tinggi mutlak diperlukan
bagi setiap perusahaan agar tetap
unggul, dalam menghadapi tingkat persaingan perdagangan internasional dan
nasional di tuntut untuk mampu dan siap memiliki daya saing yang tinggi. Dimana
menurut (Nurimansyah, 2011) daya saing yang tinggi dalam meraih kinerja
perdagangan internasional dan nasional yang optimal salah satunya dipengaruhi oleh Analisis
Rantai Nilai (Value Chain Analysis) yang efektif.
Pada tingkat
perusahaan, keunggulan kompetitif dicapai dengan dua cara: pertama sumber daya internal yang berbagi (seiring kegiatan atau
keterampilan antar unit) yang dapat menghasilkan kegiatan kordinasi dan
sinergi, kedua berbagai sumber daya
eksternal (kombinasi dari kegiatan atau keterampilan pihak luar) yang dapat
menghasilkan rantai nilai baru dan bentuk organisasi (aliansi atau jaringan).
Hubungan timbal balik yang dihasilkan dari hubungan strategi perusahaan
digambarkan sebagai antar unit keterkaitan dan hubungan jaringan, kemudian
digambarkan pula sebagai hubungan timbal balik dapat menghasilkan sinergi dan
keunggulan kompetitif untuk perusahaan diverifikasi dalam bersaing sejumlah
industri yang berbeda atau perusahaan multinasional (papazoglou, 2000).
Dalam hal ini
perusahaan harus bisa membuat pilihan yang terbaik tentang apa yang menjadi
kebutuhan konsumen dan bagaimana memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen
dengan harga yang serendah mungkin. Sehingga dalam hal ini perusahaan
memerlukan suatu strategi dalam menentukan keunggulan kompetitif dan menemukan
cara untuk mencapai keunggulan tersebut (Ellitan, 2008). Strategi merupakan
tindakan atau pola yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang tidak hanya
meliputi strategi yang direncanakan tetapi juga mencakup konsistensi perusahaan
dalam mengambil keputusan (Mintzberg, 1978). Implementasi strategi perusahaan
memfokuskan pada pengembangan kompetensi perusahaan yaitu pengetahuan dan
ketrampilan yang secara
khusus tercermin dalam keahlian teknologi dan produksi (Oktavima, 2013).
Tingkat persaingan
tersebut semakin tajam sejalan dengan semakin derasnya arus informasi, serta
pesatnya perkembangan teknologi. Untuk dapat bertahan dalam arena persaingan,
suatu perusahaan memerlukan strategi bersaing yang tepat. Suatu perusahaan akan
dapat memenangkan persaingan apabila perusahaan tersebut memiliki keunggulan
bersaing (competitive advantage), sehingga perusahaan tersebut dipandang
lebih daripada pesaingnya oleh masyarakat (Mildawati, 2006). Kondisi inilah
yang mendorong setiap perusahaan berusaha untuk meningkatkan keunggulan
bersaing antara lain dengan menghasilkan produk-produk yang mampu memenuhi
kebutuhan dan memuaskan keinginan customer yang semakin menyadari
pentingnya kualitas produk yang dibelinya.
Kemudian dijelaskan
dalam analisis produksi yang menurut Al-Quran, Dr. Muhammad Rawwas Qalahji
memberikan pedanan kata “produksi” dalam bahasa arab dengan kata al-intaj yang
secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan
sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajinmin’anashir
al-intaj dhaminaitharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan
menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam
waktu yang terbatas). Pandangan Rawwas di atas memiliki beberapa definisi yang
di tawarkan beberapa pemikir ekonomi lainnya.
Hal senada juga yang
diutarakan oleh Dr. Abdurahman Yusro dalam bukunya Muqaddiman fi’ilm
al-iqtishad al-islamiy. Abdurahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan
proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang
diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu
pada nilai utility dan masih dalam bingkai “Halal” serta tidak membahayakan bagi diri seseorang atau sekelompok
masyarakat. Allah berfirman dalam Q.S. An Nahl/16:69.
§4 ßlãøs .`ÏB $ygÏRqäÜç/ Ò>#u° ì#Î=tFøC ¼çmçRºuqø9r& ÏmÏù Öä!$xÿÏ© Ĩ$¨Z=Ïj9 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ZptUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã©3xÿtGt ÇÏÒÈ
Terjamahannya:
“Dari perut lebah itu ke luar
minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (Q.S. An-Nahl/16:69).”
Kata kunci dari ayat
ini adalah di anjurkan untuk memproduksi dengan baik agar bermanfaan bagi
sekelompok masyarakat, dan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
produksi adalah mengadakan atau mewujudkan sesuatu barang atau jasa bertujuan
untuk kemaslahatan manusia dan dapat bernilai positif bagi perusahaan
begitupula dengan konsumen. Jadi berbagai tindakan ataupun keputusan bisa disebut
etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan
mengetahui apapun niat seseorang sepenuhnya secara sempurna, niat yang baik
diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah, niat yang halal tidak
dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
Dilihat pula salah
satu alat analisis yang dapat dipergunakan untuk memberikan informasi guna
membuat keputusan strategis dalam menghadapi persaingan bisnis adalah Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) (Friska, 2010).
Value Chain Analysis bertujuan untuk mengidentifikasi keunggulan biaya
rendah atau kelemahan terjadi di sepanjang rantai nilai dari bahan mentah
hingga aktivitas pelayanan pelanggan. VCA membantu manajer untuk memahami
posisi perusahaan dengan pendekatan rantai nilai. Menurut (Pearce dan Robinson,
2008) istilah Value Chain (Rantai Nilai) menggambarkan cara untuk
memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi
output yang bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga
sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya
produk dan aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan. VCA
berupaya memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan
dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis
terhadap nilai tersebut.
Hal ini dapat dilihat
dari pesatnya perkembangan rantai nilai perusahaan di tinjau dari prinsip yang
digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, menurut (Antonio, 2001) suatu
perusahaan yang berprinsip syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya
tidak hanya untuk tujuan bisnis semata, yang berupa keuntungan materil, tetapi
juga mengejar kebahagiaan dunia. Dimana tujuan yang baik harus dilakukan dengan
cara yang baik pula sesuai dengan prinsip syariah, prinsip syariah adalah
sebuah bangunan yang akan ditopang oleh tiang-tiang penyangga yang kokoh,
sehingga perinsip inilah yang akan menjadi baik dalam kegiatan dan aktivifitas
perusahaan, kualitas perusahaan yang baik akan diwarnai oleh nilai-nilai. Nilai
disini adalah nilai yang di gali dari Al-Quran dan As-Sunnah. Nilai-nilai yang
ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu
dengan yang lain. Nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh, yang akan selalu mendasari setiap
kegiatan ekonomi. Ekonomi akan kepada falah
ketika mampu membawa hukum-hukum buatan manusia ini kembali kepada hukum
universal, yaitu hukum Allah (Danang, 2014).
Bisnis yang
dijalankan dengan governance yang baik akan lebih memungkinkan untuk
tetap sustainable atau berlangsung secara baik. Keberlangsungan bisnis
sangat penting untuk dijaga karena dapat menjanjikan keberlangsungan bisnis
dalam memberikan kemanfaatan bagi semua pihak yang berkepentingan stermasuk
lingkungan sekitar. Oleh karena itu syariah menjunjung tinggi bisnis yang baik
karena memberikan kemanfaatan luas bagi banyak pihak, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW:
“Sebaik-baik manusia adalah yang
paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain”(HR. Bukhari).
Bisnis yang dipandu oleh spiritualitas dan
etika akan menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkesinambungan dengan
terwujudnya disiplin pasar (market discipline) yang lahir dari budaya governance
bisnis yang baik. Dalam rangka mewujudkan budaya governance didunia
bisnis, Rasulullah SAW sangat memperhatikan kedisipilinan dalam pelaksanaan
kegiatan usaha, baik melalui arahan maupun inspeksi pasar dengan harapan
terwujudnya aktivitas bisnis yang berdasarkan akhlaqul karimah sehingga
dapat tetap memberikan kemaslahatan dan kemanfaatan serta terhindar dari
kemudharatan.
Pemahaman terhadap
prinsip-prinsip corporate governance telah dijadikan acuan oleh
negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan
pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun
prinsip-prinsip good corporate governance yang diterbitkan oleh
organisasi internasional OECD mencakup enam (6) hal. Pertama, landasan hukum
yang diperlukan untuk menjamin penerapan good corporate governance secara
efektif. Kedua, hak pemegang saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan.
Ketiga perlakuan adil terhadap para pemegang saham. Keempat, peranan
stakeholder dalam corporate governance. Kelima, pengungkapan
informasi perusahaan secara transparan. Dan keenam adalah tanggung jawab Dewan
Pengurus (Ristifani, 2009).
Dengan demikian,
dapat dikatakan implementasi Good Corporate Governance (GCG) di lembaga
perusahaan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Bahkan perusahaan-perusahaan
harus tampil sebagai pionir terdepan dalam mengimplementasikan GCG tersebut.
Dalam kerangka itulah, KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance) membentuk
Tim Kerja Penyusunan Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) dengan
keanggotaan yang terdiri dari berbagai pakar terkait bersama-sama dengan
sejumlah institusi (Masyarakat Ekonomi Syariah, Bank Indonesia, Dewan Syariah
Nasional MUI dan sebagainya) menyusun konsep Pedoman tersebut.
Tanpa adanya
penerapan corporate governance yang efektif, maka perusahaan akan sulit
untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan kinerjanya
dengan lebih efektif. Kebutuhan perusahaan akan corporate governance menjadi
lebih serius lagi seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi,
dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan perusahaan dalam menghadapi
tantangan dalam jangka panjang. Dengan demikian, adalah suatu keharusan bagi
perusahaan untuk memakai semua ukuran yang dapat membantu meningkatkan perannya
(Chapra, 2008).
Dengan demikian pula
dengan PT Semen Bosowa Maros yang mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan atas
dasar fungsi-fungsi perusahaan yang terdiri dari fungsi produksi, fungsi umum
dan administrasi, dan fungsi penjualan/pemasaran. Fungsi-fungsi ini menimbulkan
aktivitas-aktivitas nilai yang menimbulkan biaya-biaya yang tidak
teridentifikasi dengan jelas. Hal ini akan mengakibatkan harga pokok penjualan
menjadi naik. Sedangkan untuk dapat unggul dalam ketatnya persaingan maka harga
pokok penjualan yang didapat harus lebih rendah dari kompetitor. Oleh karena
itu sistem pengalokasian biaya harus dilakukan secara tepat.
Dalam hal ini yang
sangat berpengaruh terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan adalah aktivitas-
aktivitas dalam value chain. Setiap aktivitas dalam value chain memiliki
cost driver yang dapat memicu timbulnya biaya, dimana semua biaya harus
diketahui mana yang memuat value added dan mana yang tidak, sehingga
biaya yang tidak memuat value added tersebut dapat diketahui dan dapat
ditekan semaksimal mungkin. Oleh karena itu langkah yang diambil adalah dengan
menguraikan seluruh aktivitas-aktivitas perusahaan dan mengidentifikasikan
keterkaitan hubungan antar aktivitas tersebut agar dapat dilaksanakan dan
dikoordinasikan secara lebih baik pada seluruh aktivitasnya.
Teori
kendala mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh kendala-kendalanya.
Jika hendak memperbaiki kinerjanya, suatu perusahaan harus mengidentifikasi
kendala-kendalanya, mengeksploitasi kendalanya dalam jangka pendek dan jangka
panjang, kemudian menemukan cara untuk mengatasinya dengan melakukan
identifikasi kendala-kendala tersebut dalam suatu aktivitas produksi, maka
perusahaan telah melakukan salah satu langkah stratejik manajemen biaya
kontemporer melalui suatu pendekatan teori kendala atau theory of constraint
(TOC).
Jadi
ketika faktor penghambat telah diidentifikasi, maka perlu untuk menguji apakah
faktor yang menghambat atau kendala dalam produksi dapat dikelola, sehingga
biaya produksi dapat ditekan yang nantinya dapat memaksimalkan tata kelolah
perusahaan yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang
akan dibahas oleh penulis adalah: “Bagaimana Analisis Value Chain Bedasarkan
Prinsip Syariah Dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di PT Semen Bosowa
Maros”
B.
Fokus Penelitian dan Deskripsis
Fokus
Adapun
fokus penelitian ini adalah agar ruang lingkup peneliti tidak luas dan lebih
fokus untuk menghindari kesalahan sehingga tidak menyimpang dari pokok
permasalahan serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut, peneliti memfokuskan penelitian hanya pada
aktivitas-aktifitas yang ada PT Semen Bosowa Maros. Penelitian
ini dilakukan dengan melakukan wawancara kepada informan dengan secara mendalam
yang dianggap memiliki kapasitas dalam memberikan informasi tentang bagaimana
penerapan analisis value chain berdasarkan syariah sehingga dapat mencapai good corporate governance.
C.
Rumusan Masalah
PT
Semen Bosowa Maros adalah sebuah badan usaha yang bergerak di bidang industri
yang terletak di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Produk yang dihasilkan
berupa semen dengan dua pengemasan yang berbeda yang dipasarkan melalui
beberapa penyalur atau distributor. Untuk pengambilan keputusan dalam rangka mencapai
tujuan, perusahaan ini menggunakan informasi akuntansi manajemen yang
pengeluaran biayanya berdasarkan biaya manufaktur. Sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang industri semen, PT Semen Bosowa Maros ini
tidak hanya mengalami persaingan dalam hal harga jual produk, tetapi juga pada
hal kualitas.
Prinsip syariah merupakan salah satu
konsep penting yang harus dipegang teguh oleh perusahaan, Sehingga diharapkan
perusahaan mempertimbangkan aktivitas-aktifitas dalam melaksanakan produksinya
dan dapat menghasilkan produk yang berkualitas, prinsip
syariah dianggap sebagai karateristik paling kritis dan salah satu komponen
dalam perusahaan yang harus dijaga karena dalam melaksanakan kegiatan dan
produksi harus sesusai dengan aturan Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW, sehingga
analisis value chain yang di terapkan dalam perusahaan harus mengandung
nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan. Berdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana penerapan konsep analisis value
chain (AVC) jika menggunakan pendekan prinsip syariah?
2.
Bagaimana langkah yang dilakukan
analisis value chain (AVC) perusahaan dalam mencapai Good Corporate Governance
(GCG)?
D.
Kajian Pustaka
Dasar
atau acuan yang berupa temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian
sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data
pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan
bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan adalah:
Nama
|
Judul
|
Hasil
|
Kurrota Akyun
2012
|
Analisis value
chain sebagai alat strategic cost management untuk menciptakan keunggulan
bersaing dalam upaya meningkatkan profabilitas perusahaan (Studi pada Unit
Usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ASA Perum Jasa Tirta 1 Malang)
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas nilai kritis yang berpengaruh pada
profitabilitas perusahaan adalah aktivitas nilai operation yaitu
sebesar 78.369% dari volume penjualan, dan untuk keseluruhan biaya aktivitas
primer adalah 91,482%, sedangkan untuk aktivitas pendukung sebesar 9,015%.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak manajer unit
usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ASA Perum Jasa Tirta 1 Malang dalam
mengoptimalkan pengelolaan biaya dan sumberdaya perusahaan.
|
Shirley
Jotopurnomo 1994
|
Penerapan
Analisis Value Chain untuk mendukung Strategi Cost Reduction
dalam menciptakan keunggulan bersaing pada PT. X di Tandes
|
Hasil
penelitian ini adanya keterkaitan antara primary activity dan support
activity, dimana dalam keterkaitan ini menimbulkan trade off yang
dapat menciptakan peluang untuk mendukung strategi cost reduction yang
bertujuan untuk menciptakan keunggulan bersaing.
|
Liana
Mangifera 2015
|
Analisis
rantai nilai (value chain) pada produk batik batik tulis di surakarta
|
Hasil
penelitian menunjukan bahwa berdasarkan informasi dari Forum Pengembangan Kampoeng
Batik Laweyan dijelaskan bahwa jumlah pengrajin batik tulis yang masih aktif
hingga tahun 2015 ini sebanyak 26 pengrajin, terdiri dari 5 pengrajin batik
berskala besar, 14 pengrajin berskala menengah l dan 7 pengrajin batik tulis
berskala kecil. Dari 26 pengrajin batik tulis yang saat ini masih aktif
memproduksi batik
tulis secara
terus menerus adalah 6 orang pengrajin, sisanya memproduksi hanya ketika
menerima pesanan atau mengambil dari pengrajin lain.
|
|
|
|
Penelitian mengenai analisis value chain telah beberapa kali dilakukan, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian kali ini
obyek penelitian berfokus pada perusahaan yang bergerak di bidang industri
semen. Pada penelitian ini peneliti akan melakukan analisa value chain yang berdasarkan prinsip syariah yang mengenai
aktivitas-aktivitas apa saja yang dilakukan oleh PT Semen Bosowa Maros dalam memproduksi
suatu produk, dan setelah itu biaya-biaya yang terjadi untuk melakukan aktivitas
tersebut dialokasikan kedalam aktivitas-aktivitas nilai yang ada pada value
chain. Sedangkan persamaannya adalah menekankan pada value chain
analysis berdasarkan prinsip syariah untuk mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik (GCG).
E.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan konsep analisis value chain yang berdasarkan prinsip syariah
dalam mewujudkan tata kelolah perusahaan yang baik (good corporate governance):
1.
Untuk mengetahui penerapan konsep
analisis value chain (AVC) jika menggunakan pendekan prinsip syariah.
2.
Untuk mengetahui langkah yang dilakukan
analisis value chain (AVC) perusahaan dalam mencapai Good Corporate Governance
(GCG).
F.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian dan tujuan yang ingin
dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat maupun
konstribusi sebagai berikut:
1.
Manfaat
Teoretis
Teori-teori yang
diterapkan dalam penelitian diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan
yang lebih konkrit bagi, para praktisi ekonomi dan khususnya para pengusaha
mengenai manfaat analisis value chain berdasarkan
prinsip syariah sebagai tata kelolah perusahaan yang baik (GCG). Penelitian ini
juga diharapkan dapat memeberikan sumbansi pemikiran ilmiah bagi pengembangan
ilmu pengetahuan akuntansi pada umumnya dan khususnya yang berkaitan dengan
penerapan teori.
Tindakan perbaikan yang dapat diambil yaitu dengan menerapkan
program perbaikan, salah satu program perbaikan yaitu penerapan teori kendala (theory
of constraint). Apabila program ini dijalankan dengan tepat, akan dapat
meningkatkan kualitas, mengurangi biaya, meningkatkan output, mengurangi
penundaan pelayanan kepada pelanggan, dan pada akhirnya
menjadi tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
2.
Manfaat
Praktis
Dari
sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas:
a)
Memberikan masukan bagi perusahaan untuk
mengetahui aktivitas-aktivitas mana yang memuat value added dan
aktivitas-aktivitas mana yang tidak memuat value added yang berkaitan
dengan pengeluaran biaya dapat dilakukan good corporate governance.
b)
Sebagai tambahan pengetahuan bagi
pembaca mengenai bagaimana cara-cara melakukan analisis value chain yang
berprinsip syariah dan bagaimana value chain dapat
mempengaruhi good corporate governance.
c)
Sebagai tambahan wawasan bagi penulis
dalam praktek nyata yang terjadi pada perusahaan guna perbandingan teori yang
dipelajari sebelumnya dalam perkuliahan.
Komentar
Posting Komentar