MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN SERTA STRATEGI AUDIT MENYELURUH
TUGAS
AUDITING I
MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN
SERTA STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Kelompok
VI :
1. Nurhikmah.
K 10800112060
2. Hamsinar 10800112063
3. Nur
Afia 10800112064
4. Harnadi 10800112073
5. Muh.
Alfian 10800112071
6. Fahrul
Alamsyah 10800112075
AKUNTANSI
3 DAN 4
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
2013
/ 2014
BAB 26
RENCANA AUDIT YANG TANGGAP
Materialitas Dalam Merancang Pengujian
Faktor kunci dalam
menetukan luasnya suatu prosedur audit ialah performance materiality atau materialitas pelaksanaan. Performance materiality, ditetapkan
untuk laporan keuangan secara keseluruhan dan dimodifikasi untuk
memperhitungkan risiko tertentu berkenaan dengan suatu saldo akun, transaksi,
atau disclosure dalam laporan
keuangan.
Secara umum, luasnya
prosedur audit (seperti banyaknya sampel untuk uji rincia atau test of details, atau seberapa rinci
prosedur analitikal substantif) akan meningkatkan dengan meningkatnya risiko
salah saji material.
Kotak Peralatan Auditor
Kita dapat membayanngkan
suatu kotak peralatanauditor yang berisi:
·
Prosedur
substantif dasar (substantive
procedures-basic);
·
Prosedur
substantif yang diperluas (substantive
procedures-extended)
·
Prosedur
analitikal substantif (substantive
analitycal procedures)
·
Uji
pengendalian (test of controls)
Rencana Audit Responsif
Ada tiga langkah umum
yang dijalankan auditor dalam menyusun rencana:
a) Tanggapi risiko yang dinilai pada tingkat laporan keuangan
(atau tanggapan menyeluruh, overall
response). Langkah pertama adalah menyusun tanggapan menyeluruh (overall response) yang tepat pada
laporan keuangan.
b) Identifikasi prosedur tertentu yang diperlukan untuk area
laporan keuangan yang material. Sebelum menyusun tanggapan terinci atas setiap
risiko yang dinilai akan bermanfaat bagi auditor mempertimbangkan (untuk setiap
laporan keuangan yang material); dan
c) Tentukan prosedur audit dan luasnya. Langkah ketiga
adalah menggunakan kearifan profeional untuk memilih campuran yang tepat dari
berbagai prosedur dan dari luasnya pengujian yang harus dilakukan untuk
menanggapi secara tepat risiko yang dinilai pada tingkat asersi.
Menanggapi Risiko Fraud
Risiko kecurangan atau fraud (termasuk management override) dapat terjadi disemua entitas, dan perlu
mendapat perhatian ketika auditor menyusun rencana audit. Langkah pertama
adalah menilai risiko potensial terjadinya kecurangan, dan kemudian merancang
tanggapan menyeluruh dan tanggapan terinci yang tepat.
Auditor harus
mempelakukan risiko salah saji material yang dinilai (assessed risks of material misstatement) karena fraud, sebagai risiko signifikan. Suatu
risiko signifikan mengharuskan auditor:
·
Pahami
pengendalian, termasuk kegiatan pengendalian yang relevan untuk risiko
tersebut;
·
Jalankan
prosedur substantif yang secara spesifik menanggapi risiko tersebut; dan
·
Ketika
pendekatan terhadap terhadap risiko signifikan hanya terdiri atas prosedur substantif,
prosedur ini harus termasuk uji rincian (tests
of details).
Risiko Salah Saji Dalam Representasi Dan Isclosure
Beberapa risiko yang
dinilai, berasal dari penyajian (presentation)
laporan keuangan. penyajian dan pengungkapan laporan keuangan harus sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang dianut (applicable financial reporting framework).
Prosedur yang spesifik
perlu dirancang untuk menaggapai risiko yang bertalian dengan penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Prosedur spesifik ini memastikan apakah:
·
Semua
laporan dalam perangkat laporan keuangan yang disajikan dengan cara yang
mencerminkan klasifikasi dan penjelasan informasi keuangan dengan benar;
·
Penyajian
lapora keuangan termasuk pengungkapan (disclosure)
yang memadai dari hal-hal yang material dan ketidakpastian. Penyajian ini
termasuk bentuk, pengaturan, dan isi laporan keuangan beserta catatannya (juga
terminologi yang digunakan), banyaknya rincian yang diberikan, klasifikasi akun
dalam laporan, dan dasar dari angka/jumlah yang disajikan;
·
Manajemen
mengungkapkan hal-hal tertentu mengenai situasi dan fakta yang diketahui
auditor pada saat penandatanganan laporan auditor.
Dokumentasikan Tanggapan Menyeluruh Dan Rencana Audit
Terinci
Tanggapan menyeluruh
dapat didokumentasikan sebagai sebuah
dokumen yang berdiri sendiri (stand-alone
document) atau yang lebih lazim, sebagai bagian dari audit menyeluruh (overall audit strategy).
Rencana audit terinci (detailed audit plan) sering
didokumentasikan dalam bentuk program aaudit yang menggambarkan secara garis
besar, sifat dan luasnyaprosedur dan asersi yang diperiksa. Kemudian ada
ruangan untuk mencatat rincian mengenai siapa yang melakukan tiap-tia prosedur
dalam program audit tersebut, dan apa temuannya.
Komunikasi Mengenai Rencana Audit
Strategi audit
menyeluruh, tanggapan menyeluruh, dan rencana audit sepenuhnya merupakan
tanggungjawab auditor. Namun sering kali bermanfaat untuk membahas unsur-unsur
dalam rencana audit terinci (seperti jadwal waktu) dengan manajemen.
Sifat, waktu, dan lingkup yang pasti dari prosedur yang
direncanakan, tidak akan dibahas secara rinci dengan manajemen, atau diubah
atau dikurangi atas permintaan manajemen. Permintaan semacam ini akan membuat
auditnya tidak efektif, prosedur auditnya mudah “ditebak”, dan bahkan dapat
merupakan pembatasan lingkup audit.
BAB
27
PROSEDUR AUDIT SELANJUTNYA
Pada
prosedur audit selanjutnya membahas tentang ciri dan penggunaan prosedur audit
selanjunya yang dirancang untuk menaggapi risiko yang dinilai pada tingkat
asersi.
Prosedur substantif
Prosedur substantif
dirancang oleh auditor untuk mendeteksi tingkat salah saji yang material pada
tingkat asersi, adapun jenis audit prosedur substantif terbagi dua sebagai
berikut:
a. Tests
of details (uji rinci)
sebagai prosedur substantif, uji rinci ini
melihat subtansi dengan menganalisis rinci atau dengan detailnya. Uji ini dapat
mengumpulkan bukti audit yang memastikan angaka dalam laporan keuangan
berkenangan dengan asersi-asersi seperti persedian barang memang ada, atau hitungannya
sudah benar, misalnya dalam hal persedian jumlah audit dikalikan dengan harga
dan piutang yang diragukan akan dibayar dengan pelanggan, dibuatkan penyisihan
sehingga saldo piutang diniali dengan benar tidak terlalu tinggi.
b. Substantif
analytical procedures (prosedur analitikal substantif)
Sama seperti dalam uji
rinci, sebagai prosedur substantif ia melihat subtansi angka dalam laporan
keuangan. Perbedaannya ialah prosedur ini menggunakan hubunganantara data
keuangan dan data non keuangan yang dapat diprakirakan. Prosedur ini umumnya
diterapkan pada transaksi yang bervolume karena dalam ukurannya waktu yang
cukup panjang, dan dapat diprediksi hubungan antara laba kotor dengan
penjualan.
Ketika prosedur audit analitikal substantif
dilaksanakan, auditor harus memastikan kendalan data yang akan digunakan untuk
ekspektasi auditor mengenai angka yang dicatat atau risiko yang dugunakan.
Ø Melaksanakan
prosedur substantif pada tanggal interim
Auditor wajib melaksanakan
prosedur substantif selanjutnya, atau prosedur substantif yang akan
dikombinasikan dengan uji pengendalain
untuk periode tersisa.
Ø Prosedur
audit untuk periode tersisa
Jika auditor melaksanakan
atau memutuskan auditnya di tengah tahun, misalnya tanggal 21 september,
tanggal ini adalah interim date atau tanggal interim. Periode antara interim
date sampai dengan year end date disebut remaining period atau periode sisa
atau periode tersisa.
Ø Prosedur
substantif yang dilaksanakan dalam periode yang lalu.
Dalam penggunakan bukti ini
yang diperoleh melalui prosedur substantif yang dilaksankan periode yang lalu,
dapat dimanfaatkan dalam perancanaan audit tahun ini. Namun, prosedur
substantif yang dilaksankan dalam periode yang lalu lazimnya tidak atau sedikit
sekecil yang memberibukti audit untuk tahun yang akan berjalan.
Konfirmasi eksternal
Dalam konfirmasi
eksternal ialah merancang dan melaksankan prosedur untuk memperoleh bukti audit
yang relevan, andal.dan auditor wajib
mengendaliakan seluruh proses permintaan konfirmasi.
Konfirmasi eksternal sering digunakan untuk
membuktikan lengkapnya suatu utang atau kewajiban dan eksistensi atau adanya
suatu asset. Konfirmasi eksternal dapat memberikan bukti apakah angka-angka
telah dicatat dengan akurat dan dalam periode yang benar. Konfirmasi tidak atau
kurang relevan dalam menanggapi soal
penilaian.seperti dapatnya ditagih piutang atau persediaan yang using.
Situasi di mana
prosedur konfirmasi eksternal memberikan bukti audit yang relevan antara lain:
a. Saldo
bank dan informasi lainnya yang relevan di mana menggambarkan hubungan entitas
dengan bank
b. Saldo
piutang dan syarat-syarat pinjaman
c. Persediaan
yang disimpan atau dikuasai oleh pihak ketiga seperti barang konsiyansi.
d. Akta
yang menandakan kepemilikan atas tanah dan bangunan yang di pengang oleh
pengacara, bank, custodian, dan disimpan segai jamina:
e. Investasi
yang dipengang oleh pihak ketiga yang memberikan jaza penyimpangan atau
investasi yang dibeli oleh pemegang saham namun sampai tanggak neraca, belum
diserahkan
f. Jumlah
yang terutang kepada peminjam, termasuk syarat-syarat relevan mengenai
pembayaran kembali dan ketentuan yang bersifat membatasi
g. Saldo
utang dagang dan syarat-syarat.
Bukti audit lainnya
umumnya lebih andal jika diperoleh dari sumber daya independen di luar entitas
yang bersangkutan. Karena itilah jawaban/konfirmasi tertulis yang diterima langsung
oleh pihak ketiga dapat menekan resiko salah saji yang material berkenaan
dengan asersi yang bersangkutan, sampai ke tingkat rendah yang dapat diterima.
Prosedur analitikal substantif
Dalam prosedur
analitikal substantif auditor membandingkan angka=angka atau hubungan-hubungan
dalam atau atau diantara unsur-unsur lapoaran keuangan. Dari informasi yang di
peroleh dalam tahap memahami entitas dan dari bukti-bukti lain, auditor dapat
mengembangkan suatu akspektasi tertentu.
Jika risiko bawaan
kecil untuk menjelaskan transaksi tertentu, prosedur analitikal substantif
mungkin dapat memberikan bukti audit yang cukup tepat, namum jika penilaian
risiko menujukan risiko yang rendah karena pengendalian internal yang
memitigasi atau menekan risiko itu auditor harus melakukan uji atas
pengendalian yang bersangkuatan. Kosekuensinya adalah dalam hal ditemukannya
risiko signifikan prosedur analitikal substantif selalu harus dikombinasikan
dengan uji substantif lainnya atau uji penegendalian.
Untuk menggunakan
prosedur analitikal sebagai prosedur substantif, auditor harus merancang
prosedur untuk menekan risiko yang tidak terdeteksi salah saji yang material
dalam asersi yang terkait, ke tingka rendah yang dapat di terima. Ini berarti
bahwa ekspektasi mengenai jumlah atau angka yang dicatat, harus cukup tepat
untuk mengidetifikasikan adanya kemungkinan salah saji yang material, terpisah
atau tergabung.
a. Teknik
prosedur analitikal
Tujuan prosedur teknik
prosedur analitikal adalah memilih teknik
yang paling tepat untuk memberikan tingkat asurans yang dikehendaki.
Teknik-teknik prosedur analitikal adalah analisis rasio ,analisis tren,
analisis pulang-pokok, analisis pola dan analisis regresi.
Factor-faktor yang
harus diperhatiakan atau dipertimbangkan dalam merancang prosedur analitikal
substanti.
·
Cocok
atau tepatnya pengunaan prosedur analitikal substantif tersebut, dengan sifat
asersi yang di periksa.
·
Keandalan data (internal dan eksternal) yang
di pergunakan untuk menguji ekspektasi dari angkat yang di catat atau rasio
yang diperkembangkan, aksistensinya, dan lengkap dengan uji pengendali atau
dengan prosedur auduit khusus lainnya.
·
Apakah esksistensinya cukup tepat untuk
menujukan salah saji yang material pada tingkat asurans yang di kehendaki
·
Seberapa besar perbedaan antara anfgak yang
dicatat dan nilai ekspektasi yang bias diterima.
Komentar
Posting Komentar