Etika,Pegendalian Mutu Dan Pengendalian Internal dan Asersi Dalam Laporan Keuangan
NAMA : HARNADI (10800112073)
Etika,Pegendalian
Mutu Dan Pengendalian Internal dan Asersi Dalam Laporan Keuangan
A.
Etika,Pegendalian
Mutu
QC
System(Sistem Kendali Mutu)
Melaksanakan
pengendalian mutu dimulai dari kepemimpinan yang kuat di dalam KAP, Dan partner
Penugasan. QC System dalam suatu KAP dapat dipetakan menurut kelima unsur
pengendalian internal. Kelima unsur pengendalian internal Merupakan kewajiban
auditor mengevaluasinya.
QC
System dan Unsur-unsur pengendalian Intern
Unsur-unsur
Pengendalian Internal (ISA 315)
|
Unsur-unsur
QCdi tingkat KAP (ISQC 1)
|
Unsur-unsur
QC di tingkat Penugasan (ISA 220)
|
Control Environment
|
Tanggung jawab pimpinan
atas mutu didalam KAP
Kewajiban etika yang relevan
Sumber daya manusia
|
Tanggung jawab
pimpinan atas mutu didalam KAP
Kewajiban etika yang relevan
Penetapan anggota tim audit
|
Risk Assesment
|
Menerima dan
melanjutkan hubungan dengan klien dan penugasan yang spesifik
|
Menerima dan melanjutkan hubungan dengan klien dan
penugasan yang spesifik
Risiko bahwa laporannya mungkin tidak tepat dalam
situasinya
|
Information Systems
|
Dokumentasi QC System
|
Dokumentasi audit
|
Control Activities
|
Pelaksanaan penugasan
|
Pelaksanaan penugasan
|
Monitoring
|
Pemantuan berjalan atas kebijakan dan prosedur QC
di KAP tersebut
|
Terapkan hasil pemantauan berjalan atas penugasan audit
yang spesifik
|
Penilaian risiko KAP
Pengelolaan risiko
adalah proses yang berkesnambungan. Pengelolaan resiko di KAP, membantu
mengantisipasi peristiwa negtif, mengembangkan kerangka pembuatan keputusan yang efektif dan mendayagunakan sumber daya KAP.Kebanyakan KAP mengelola
risiko, dengan betuk dan carayang
bervariasi. Yang sering dipraktikan KAP ialah Manejemen risiko yang informal
dantidak didokumentasikan.
Suatu Proses manajemen
risiko yang sederhana dapat digunakan oleh KAP dari bermacam-macam ukuran,
termassuk para praktisi tunggsal..
proses ini terdiri atas serangkaian kegiatan sesbagai berikut:
·
Tetapkan bagi KAP, toleransi
terhadap risiko
·
Identifikasi kesalahan apa yang bisa
terjadi
·
Prioritaskan risiko
·
Tanggapan yang diperlukan?
·
Tetapkan tanggung jawab
·
Pantau kemajuan
System Informasi
System informasi yang memantau
mutu peekerjaaan dan kepatuhan terhadap kendali mutu, kurang berkembang dan
bahkan tidak ada sama sekali.system infomasi harus dirancang untuk menangani
risiko yang diidentifikasikan dan dinilai sebagai bagain dari proses penilaian
risiko KAP. Adapun Aspek-aspek QC yang perlu didokumentasikan yaitu
1.
Risiko yang dihadapi KAP dan komitmen
terhadap mutu
·
Penilaian atas menerima /melanjutkan
hubungan dengan klien
·
Laporan dari semua orang yang betanggung
jawab untuk aspek tertentu mengenai mutu
·
Komunikasi KAP secara menyeluruh
mengenai mutu
·
Laporan pemantauan terakhir,dan tindakan
yang diambil jika kelemahan ditemukan.
·
Rincin keluhan dai klien atau pihak
ketiga berkenaan dengan pekerajaan KAP atau perilaku personilnya.
2.
Etika dan independensi
·
Rincian investasi yang dilarang
·
Rincian masalah etika yang
diidentifikasi dan pengamanannya atau
mitigasinya.
3.
Personalia
·
Pembukaan kesempatan kerja
·
Bukti pelaksanaan pengecekan referensi
untuk pegawai baru
·
Upaya-upaya pemberian mentor,bimbingan,
dan pelatihan bagi tenaga baru
·
Bukti penilaian Staf
·
Staff scheduling
·
Tanggal pelatihan internal dan
eksternal, poko bahasan, dan nama peserta
·
Rincian tindakan discipliner.
4.
Pengelolaan penugasan
·
Tanggal pertemuan tim mengenai
perencanaan audit
·
File apa saja yang harus dilakukan
engangement QC reviews
·
Alasan tehadap penyimpangan dalam
menerapakan ketentuan ISA, dan prosedur audit alternatif yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan ISA
·
Rincian konsultasi dengan orang lain
·
Alasan penundaan penugasan dan bagaimana
penundaan tsebut diatasi
·
Pemberian tanggal laporan auditor dan
kepatuhan jumlah hari merampungkan semua file penugasan audit yang bersangkutan.
·
Bagaiman komentar pemantau ditanggapi.
Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengen dalian
(control aktivities) dirancang untuk memastikan terjadinnya kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP.
Salah satu ccara untuk
merancanng, Mengimplementasikan, dan memantau pengendalian mutu ialah dengan
proses PDCA. Penjelassan PDCA adalah sbb:
Langkah
|
Penjelasan
|
Plan(rencanakan)
|
Tetapkan
tujuan dan proses TC yang diperlukan agar KAP dapat memberikan Output yang
diharapkan atau memenuhi syarat.
|
Do(Melakukan)
|
Implementasi proses
baru, sedapat mungkin dalam skala kecil dulu
|
Check(periksa)
|
Ukur proses baru. Bandingkan hasilnya dengan yang
diharapkan (ekspektasi) untuk memastikan ada atau tidaknya perbedaan.
|
Act(bertindak)
|
Analisis perbedaan
dan jelaskan perbedaannya. Tenteukan dimana perubahan harus diterapkan agar
tercapai perbaikan.
|
Tindakan pengendalian
dapat dipertimbangkan untuk hal-hal sbb;
1.
Semua kebijakan dan prosedur yang
diddokumentasikan dalam QC Manual
2.
Kebijakan arus kerja kantor
3.
Semua kebijakan dan prosedur operasional
4.
Kebijakan dan prosedur yang berkaitan
dengan urusan personalia lainnya
Kegiatan pengendalian
pada jenjang KAP adalah sbb;
1.
Nilai-nilai dan sasaran KAP
a. Pembagian
tugas dan wewenang diantara para partner sehubungan dengan pengendalian mutu
b. Proses
pengendalian risiko di KAP: apa, bagaimana, dan siapa yang bertaggung jawab
c. Pengembngan
staf, manajemen/pengelolaan KAP, dan disiplin
d. System
imformasi mengenai staf, klien, independensi partner dan staf, penjadwalan,
penugasan.
e. Mendokumentasikan
system pengenddalian mutu dan penyempurnaannya secra berkelanjutan
2.
Sikap dan perilaku
a. Kepemimpinan
b. Etika
dan independensi
c. Kearifan
professional(professiaonal gudgment)
d. Skeptisisme/
kewaspadaan professional(professional skepticism)
e. Supervisi
dan reviu
Kegiatn pengendalian
pada jenjang KAP penugasan. Pada dasarnya ialah mematuhi ISAS, khususnya yang
berkenaan dengan
1.
Menerima atau menerbitkan penugasan
2.
Membagi tugas dan tanggung jawab staf
3.
Konsultasi dan menggunakan tenaga ahli
4.
Dokumentasi
5.
Merilis/menerbitkan laporan
B.
Pengendalian
Internal
Pengendalian
internal dirancang, diimplementasi dan dipelihara oleh TCWG, manajemen dan
kariawan lain untuk menangani resiko bisnis dan resiko kecurangan yang
diketahuai (indentified business dan fraud risks) mengancam pencapaian tujuan
entitas, seperti pelaporan keuangan yang andal.
Tujuan pengendalian internal
Tujuan
pengendalian internal secara garis besar dibagi dalam 4 kelompok yaitu;
1. Strategis,
saasaran-sasaran utama yang mendukung misi
entitas
2. Pelaporan
keuangan
3. Operasi
4. Kepatuhan
terhadap hukum dan ketentuan perundang undangan
Komponen pengendalian internal
Pengendalian
internal dalam ISA 315 terdiri atas 5 komponen yaitu
1. Control
Environment( lingkungan pengendalian)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar
bagi pengendalian internal yang efektif. Peengendalaian dalam lingkungan
pengendalian besifat pervasive artinya memengaruhi penilaian auditor terhadap
kegiatan pengendalian tertentu, misalnya dalam transaksi penjualan.
2. Risk
Assesment( penilaian resiko)
Penilaian resiko dapat dilihat dari sisi
entitas dan auditor. Entitas menilai resiko dari sudut pandang ancaman terhadap
pencapaian tujuan entitas. Di pihak lain auditor menilai resiko sebagai bagian
dari proses auditnya.
3. Information
system (system informasi)
System informasi meliputi infrastruktur
(komponen fisik dan perangkat keras), perangkat lunak, manusia, prosedur, dan
data. System informasi mengidantifikasi merekam, dan menyebaaarkan informasi
untuk mendukung tercapainya tujuan pelaporan keuangan dan tujuan pengendalian
internal
4. Control
aktivities (kegiatan pengendalian)
Kegiatan-kegiatan pengendalian adalah
kebijakan dan prosedur yang memastikan bahwa petunjuk dan arahan manajemen
dilaksanakan
5. Monitoring
(Pemantauan)
Komponen pemantauan menilai efektifnya
kinerja pengendalian interanal dengan berjalannya waktu tujuannya ialah untuk
memastikan bahwa pengendalian berjalan sebagaimana harusnya, dan jika tidak,
maka tindakan perbaikan diambil. Kegiatan pemantauan oleh manajemen juga dapat meliputi penggunaan
informasi dari pihak eksteranal yang
mengindikasikan masalah atau yang menyoroti area yang memerlukan penyempurnaan.
C. Asersi Dalam Laporan Keuangan
ISA
mendefinisikan asersi sebagai berikut
“Asersi-Rprensentasi
oleh manajemen, secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit
tersirat yang terkandung dalam laporan keuangan. Rprensentasi ini digunakan
oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan
yang mungkin terjadi.
Rprensentasi
oleh manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal ialah “Laporan keuangan
secara keseluruhan-atau secara menyeluruh –disajikan secara wajar sesuai dengan
kerangka pelaporan yang berlaku.”
Contoh-contoh
asersi:
·
Semua set dalam laporan keuangan
benar-benar ada (exist)
·
Semua transaksi penjualan telah dicatat
dalam periode terjadinya
·
Persediaan dicantumkan dengan nilai yang
tepat
·
Utang merupakan kewajiban entitas
·
Semua transaksi yang dicatat, terjadi
dalam periode berjalan
·
Semua jumlah (amounts) disajikan dengan
tepat dan diungkapkan dengan penjelasan yang memadai dalam laporan keuangan
Penjelasan
mengenai asersi
1. Asersi
untuk jenis transaksi
·
Occurrence adalah transaksi dan
peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan transaksi dan
peristiwa dari entitas yang bersangkutan.
·
Completeness adalah semua transaksi dan
peristiwa yang seharusnya dicatat, memang sudah dicatat.
·
Accuracy adalah angka-angka,
jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan peristiwa yang
dicatat, sudah dicatat dengan akurat.
·
Cut-off adalah transaksi dan peristiwa
dicatat dalam periode akuntansi yang benar
·
Classification adalah transaksi dan
peristiwa dicatat dalam akun yang benar.
2. Asersi
untuk saldo akun
·
Existence adalah asset, kewajiban dan
ekuitas benar ada
·
Rights and Obligations adalah entitas
memiliki dan menguasai asset dan utang merupakan kewajiban entitas.
·
Completeness adalah semua asset,
kewajiaban, ekuitas yang seharusnya dicacat, atau sudah dicacat.
·
Valuation dan allocation adalah asset,
kewajiban, ekuitas dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yang benar
dan semua penyesuaian atau untuk penilaian dan alokasi telah dicatat dengan
benar.
3. Asersi
tentang penyajian dan pengungkapan
·
Occurance, rights, obligations adalah
transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan
keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan.
·
Completeness adalah semua pengungkapan
yang seharusnya dicantumkan, memang sudah dicantumkan dalam laporan keuangan
·
Classification and understandbialitiy
adalah informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan
pengungkapan dinyatakan dengan tepat.
·
Accuracy dan valuation adalah informasi
keuangan dan informasi lainnya diungkapkan dengan wajar dan dalam jumlah yang
benar.
Asersi
dalam auditing
Auditor
wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji pada:
a. Tingkat
laporan keuangan
b. Tingkat
asersi untuk jenis transaks, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Penilaian
resiko di tingkat laporan keuangan
Resiko salah saji yang material pada
tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasif (tersebar luas) dan
karenanya mencakup semua asersi. Sebagai contoh, jika kepala pembukuan tidak
cukup kompeten , sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan.
Kekeliruan semacam ini sering kali tidak terbatas pada satu saldo akun, atau
satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak
terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya transaksi penjualan.
Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence,
dan valuation.
Penilaian
Resiko di Tingkat Asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan
saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tetentu (misalnya akhir
tahun), atau untuk transaksi tertentu pada suatu periode tertentu (misalnya
pada tahun buku yang bersangkutan), dan berkenaan dengan penyajiandan
pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
Relevansi setiap asersi untuk saldo akun
(atau jenis transaksi, atau penyajian dan pengungkapan) tertentu , akan berbeda
tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji yang
material.sebagai contoh ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin
menilai risiko terjadinya kekeliruan sebagai rendah. Namun, untuk persediaan
dimana keusangan merupakan factor penting, auditor menilai valuation risk
tinggi.
Perbedaan dalam penilaian risiko pada kedua
tingkat ini (tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi)
Auditor
menggunakan asersi untuk:
·
Menentukan jenis risiko salah saji yang
bias terjadi
·
Menilai seberapa besar kemungkinan
terjadinya risiko salah saji yang material
·
Merancang prosedur audit selanjutnya
sebagai jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai.
Jenis-jenis
Risiko Salah Saji
Dalam
langkah ini auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko. Sebagai contoh,
auditor dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
·
Apakah asset memang ada? (existence)
·
Apakah entitas memiliki asset tersebut?
(right and obligations)
·
Apakah transaksi penjualan dicatat
dengan benar? (completeness)
·
Apakah saldo persediaan di-adjust untuk
barang yang lambat perputarannya (slow-moving) dan using (obsolete)?
(valuation)
·
Apakah saldo utang sudah meliputi semua
kewajiban pada akhir periode? (completeness)
·
Apakah transaksi dicatat dalam periode
yang benar? (cut-off)
·
Apakah jumlah yang benar disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan? (accuracy)
Seberapa
Besar Kemungkinan Terjadinya Risiko?
Risiko salah saji yang material
merupakan kombinasi dari risiko bawaan dan risiko pengendalaian. Oleh karena
itu, proses penilaian meliputi keduanya.
Mengenai risiko bawaan, auditor
menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana. Ia kemudian
menilai seberapa besarnuya kemungkinan terjadi risiko ini, dan taksiran dan
ancer-ancer jumlahnya.
Mengenai risiko pengendalian, auditor
menentukan apakah ada pengendalian intern yang relevan untuk mencegah dan
menekan assessed riskdan dampaknya terhadap asersi terkait.
Prosedur
Audit Selanjutnya?
Langkah terakhir ialah merancang
prosedur audit assessed risk untuk setiap asersi terkait.sebagai contoh jika
risiko piutang dinyatakan lebih besar dari sesungguhnya, itu tinggi, maka
prosedur audit harus dirancang untuk menjawab asersi tersebut. Jika asersi
mengenai transaksi penjualan yang berkenaan dengan completeness yang tinggi,
autor dapat merancang uji pengendalian yang menyoroti completeness assertion
ini.
Komentar
Posting Komentar